Senin, 29 Februari 2016

Jembatan Roboh, Siswa Pilih Jalan Kaki 7 Km

Beberapa siswa laki-laki nekat melintasi jembatan darurat di atas puing jembatan di Desa Kamal, Larangan, Brebes, Jateng. (Metrotvnews.com/Kuntoro Tayubi)
Brebes: Beberapa hari terakhir, Risna harus bangun lebih pagi. Sejak jembatan penghubung antardesa roboh, dia harus berjalan kaki hingga lima kilometer untuk menuju sekolah.

Siswi kelas I SMP 5 Larangan ini jeri bila harus melintas di puing jembatan di Desa Kamal, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Apalagi, belum lama ini, jembatan satu-satunya itu memakan korban.

“Anak saya sekarang tidak mau lagi ke sekolah pakai motor meskipun diantar,” kata Idah, 35, orangtua Risna, Selasa (1/3/2016).

Biasanya, Idah mengantar Risna dengan sepeda motor melintasi jembatan roboh itu. Sebab, warga menyusun kayu di atas konstruksi puing jembatan, yang diragukan kekuatannya. Risna tak lagi mau melintasi jembatan itu, khawatir jembatan darurat tak kuat menopang beban.

Walim, 14, teman satu kelas Risna pun tak berani melintasi jembatan darurat itu. Ia bersama teman lainnya memilih berjalan kaki karena takut jatuh dari jembatan.

“Saya takut kalau naik motor. Takut jatuh ke bawah. Seperti tukang siomay kemarin,” katanya.

Ya, kemarin, penjual siomay keliling terjatuh setelah melewati jembatan tersebut. Hingga saat ini korban, Tarsono, 32, warga Desa Karangmalang RT 02/01 Kecamatan Ketanggungan masih dalam perawatan intensif di RSUD Brebes.

Tarsono memaksa melewati jembatan Cukang yang roboh, gerobaknya menyenggol bambu pembatas. Ia dan motornya jatuh ke dasar sungai. Hidungnya mengalami pendarahan, paha kanan patah, dan luka di dada bagian kiri.

Sementara, akibat robohnya jembatan penghubung antardesa itu, 1.000 kepala keluarga di empat dusun di Desa Kamal terisolasi. Di antaranya Dusun Kamal 1, 2, 3 dan 4.

Camat Larangan, Supriyadi mengatakan, saat ini Pemkab telah menyiapkan alokasi dana tanggap darurat untuk pembuatan jembatan sementara selebar 2,5 meter. Sedangkan untuk jembatan permanen, di tahun 2016 secara besama ada alokasi pembangunan jalan ruas Pamulihan-Kamal senilai Rp10 miliar.

“Untuk jembatan tanggap darurat maksimal 14 hari pengajuan langsung digarap. Sementara kalau jembatan permanen kan perkiraan biaya hanya Rp300 jutaan, jadi nanti bisa ter-cover dari proyek yang Rp10 miliar,” kata Supriyadi.

Namun, tak semua siswa memilih berjalan memutar. Siswa, terutama laki-laki, banyak yang nekat meniti jembatan darurat, meski risiko yang ditanggung cukup berat. 

Sumber : http://jateng.metrotvnews.com/read/2016/03/01/492004/jembatan-roboh-siswa-pilih-jalan-kaki-7-km

Pulau Tidung